Gong to Bali – Ramada Hotel
07.29 | Author: Diary Durensawit

Udah lama gak pergi ke Bali, pulau tercantik yang pernah aku datangi selama hidupku. Pulau yang menyajikan banyak pemandangan, pengalaman, kenyamanan. Dan kini kesempatanku mengulang kembali memori-memoriku tentang pulau ini, terutama pengalaman bersama istriku tercinta. Tahun 2007, kalau gak salah ingat, itulah saat aku dan istri berkunjung terakhir (dan pertama kali bersamanya, hehe) setelah aku “terpaksa” ingkar janji untuk honeymoon ke Bali setelah pernikahan kami di tahun 2005.

Itu artinya kurang lebih empat setengah tahun aku tidak menemui Bali. Ternyata setelah kurun waktu yang tidak seberapa lama itu Bali sudah makin berbenah, banyak perubahan di sana-sini. Ada toko “grosir” oleh-oleh yang bernama Krisna, yang sempat aku datangi untuk beli oleh-oleh buat istri. Ada hotel besar bernama Discovery, yang lengkap dengan shopping mall-nya (yang ini aku gak tahu apakah baru berdiri atau aku di waktu-waktu sebelumnya tidak tahu, alias “gagap informasi”, tentang keberadaaan hotel megah ini). Ada Kampung Bali, yang mirip-mirip dengan Krisna.

By the way, di Bali kali ini aku joint dengan rekan-rekan kantorku dalam rangka Design Review Meeting dengan salah satu mitra tower provider kami yaitu Daya Mitra alias DMT. Rekan-rekan yang kumaksud antara lain pak Untung, pak Bangir, pak Linggom, Mbak Mitha, pak Ambar, mas Sauki. Sedangkan dari DMT antara lain Mbak Kiki, Mbak Arina, Pak Eddy dan pak Dodiet, mantan big bos Flexi yang kini sudah menjadi direktur DMT. Nama yang kusebutkan terkahir inilah yang memberi kesempatan pada kami semau untuk melancong gratis ke Bali. Yah, seperti biasalah, awak ini ke Balinya selalu saja nunggu gratisan, maklum lah keuangan tidak memungkinkan, walaupun dalam hatiku yang terdalam aku ingin sekali mengajak my lovely wife untuk melancong ke Bali tanpa syarat apapun juga, tidak melulu menunggu paket gratisan dari kantor seperti ini. Kejadian empat tahun lalu di Bali juga terjadi karena saat itu aku ada tugas ke Bali untuk melakukan kalibrasi alat ukur (termasuk sulim) di hampir seluruh STO yang ada di Bali. Wah, jadi ingat teman-teman seperjuangan kala itu, ada pak Fanda yang kini sudah “ngendon” di MSC Semarang. Ada pak Nyoman Suastika, dan pak Ketut yang bertugas di MSC Bali, tepatnya di kantor Telkom Serma Gede. Dan ada pak Wirka, yang menjadi teman satu perjalanan mengelilingi Bali saat aku melakukan tugas kalibrasi sulim.

Nama yang terakhir kusebut ini, tanpa diduga-duga datang ke Hotel Ramada Kuta, tempat aku menginap saat ini. Surprise !!! Setelah empat tahun kami hanya bisa saling sapa via telpon, akhirnya aku bertemu lagi dengan sohib baikku ini. Pak Wirka sudah kuanggap sebagai sahabat, sejak aku dulu mengenalnya sebagai kastamer jasa kalibrasi, mewakili Infratel.

Well, baeknya orang satu ini. Dia memberiku oleh-oleh (entah apa) yang dibungkus rapi dalam satu wadah “besek” (terbuat dari bambu). Aku sempat bingung mau membalasnya dengan apa, karena aku memang tidak menyiapkan apa-apa dari Jakarta. Akhirnya tanpa malu aku beri dia pemberian DMT berupa anak kunci, notes dan pena. Aku bilang bahwa ini untuk anaknya, yang saat ini salah satunya kuliah di suatu akademi perawat, kalau tidak salah ingat. Dan pelukan hangat darinya aku sambut dengan suka cita. Dalam hati kudoakan semoga dia dan keluarga mendapat kasih sayang dari-Nya, karena dia orang baik, dan orang “kecil” di organisasi tempat aku bekerja.

Aku hanya dua hari saja di hotel Ramada ini. Hari pertama diisi dengan rapat DRM tower dan IBS/repeater. Sedangkan hari kedua kami isi full dengan jalan-jalan di sekitar Tanjung Benoa. Kami sempat melakukan scuba diving, yang sangat disayangkan aku tidak bisa melakukannya karena sesak nafas saat mencoba bernafas menggunakan mulut, ada parasailing, banana boat, dan jet ski. Semuanya adalah keasyikan-keasyikan baru bagiku karena dulunya hanya bisa melihat saja dari jauh seraya berfikir (kala itu) bagaimana rasanya menaiki sarana-sarana mainan seperti itu, hehe.

Jam 14 waktu Bali, saat aku mengetikkan ceritaku ini di laptop, aku sedang berada di outlet KFC Bandara Ngurah Rai, bersama rekanku mister Linggom. Sebelumnya teman-teman sudah duluan terbang ke Jakarta, kecuali pak Untung yang menuju Surabaya karena rumah beliau ada di Madiun. Kami berdua sedang menunggu pesawat Batavia yang dijanjikan akan terbang pada jam 16.45 waktu Bali. Itu artinya, jika tepat waktu, aku akan sampai ke Jakarta sekitar 17.30 waktu Jakarta.

Foto-foto di bawah ini adalah beberapa gambar yang sempat aku rekam via camdig-ku. Karena yang melakukan pengambilan gambar itu adalah aku sendiri, harap maklum deh kalau gambarnya hanya melulu tentang pemandangan, minus aku. Malas juga kalau selalu minta bantuan orang lain untuk mengambil gambarnya dengan aku sebagai aktor utama dalam gambar-gambar itu. Sudahlah, yang penting ada fotonya, daripada tidak sama sekali kan ?

Mau ngambil foto-foto para bule ternyata tidak mudah juga, disamping karena tengsin juga karena kawatir nanti mereka tidak suka dengan kelakuanku. Dan aku juga harus jaga diri dong sebagai bagian dari bangsa Indonesia (waduh) yang menjunjung rasa sopan santun dalam keseharian (what ????). Tidak ada maksud apa-apa sih, cuma sekedar ingin memperlihatkan foto-foto unik saja sebagai hasil jepretan kameraku. Ini di Bali gitu loh. Hehe, masih coba-coba berlagak anak muda awak ini ya.

Dalam dua hari ini makanan serba melimpah, baik di hotel Ramada sendiri maupun di beberapa tempat makan yang disediakan panitia acara. Dari mulai iga bakar di Hotel Santika (ancur nih, harga 100 ribuan tidak bisa aku habiskan, sepertiganya sajapun tidak, karena rasanya yang aneh di lidahku, asam-asam gak enak gitu lah), nasi campur spesial di Warung Made (yang berisi aneka rasa makanan yang dicampur gak keruan, harganya mencapai 60 ribu, dan inipun aku tidak sukses menghabiskannya), dan makanan pagi ala Hotel Ramada sendiri yang sering membuatku enneg banget. Kesimpulannya satu, memang lidahku lidah kampung, dan aku adalah aku, tidak bisa menikmati makanan atau minuman mewah sekalipun dengan harga di atas seratus ribuan sekalipun, walaupun menurut orang lain itu nikmatnya bukan alang kepalang, bahkan sering jadi buah bibir orang.

Pagi tadi aku sempatkan jalan-jalan ke pantai Kuta. Kurang sreg rasanya kalau tidak berkunnjung kesana, walaupun tidak berenang, tapi setidaknya mampu mengingatkanku pada memori-memori yang sempat kurekam dulu di tempat ini. Masih ramai seperti dulu, apalagi saat ini sedang libur tiga hari, dari Jumat sampai Minggu). Geliat Bali terasa benar. Di Bandara saja hilir mudik orang tiada habisnya. Luar biasa perputaran ekonomi saat ini, ataukah ini menunjukkan bahwa manusia semakin konsumtif menjelang dunia ini berakhir nanti ? Atau jangan-jangan dunia ini sudah dijadikan satu standar dalam menyikapi hidup, dimana para manusia sudah “disamakan” jalan pikirannya, sehingga dari mulai jenis makanan, jenis minuman, hobi, minat, semuanya serba disamakan dalam kerangka globalisasi. Pantas saja, tidak usah jauh-jauh lah, makin banyak saja yang berwisata ke Bandung, karena orang-orang Jakarta dan sekitarnya sudah memiliki jalan pikiran yang sama, kalau Sabtu dan Minggu mari kita jalan-jalan ke Bandung, tidak usah lagi menengok ke Cirebon, ke Banten atau ke tempat wisata di Jakarta sendiri. Akhrinya mobilisasi masa-pun terjadi, dan orang Bandung jadi kewalahan, tidak kebagian tempat di kotanya sendiri karena derasnya arus dari Jakarta yang tumplek ke Bandung.

Tersadar aku, mungkin gak bagus juga terlalu mengingat-ingat perisitiwa kala itu, karena tidak berada di jalur yang semestinya aku tempuh. Semoga menjadi pelajaran berharga dalam hidupku, dengan harapan besar semoga Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahanku. Amin.

By the way, istriku now sedang hamil lebih dari delapan bulan. Itu artinya aku sudah berstatus suami siaga saat ini. Doa tak henti-hentinya aku panjatkan pada Allah semoga anakku dan ibunya mendapatkan kemudahan dalam proses kelahiran anakku nanti, dan semuanya dalam keadaan sehat walafiyat. Amin. Aku sangat mencintai keduanya, sebagai api semangat hidupku yang saat ini sudah menjelang kepala empat (in two years).

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore waktu Indonesia bagian Bali, saatnya akP9220047 P9220038 P9220039 P9220040 P9220041 P9220042 P9220043 P9220044 P9220045 P9220046 u berkemas masuk ke dalam ruang check in, sebelum aku menunggu sekitar dua jam lagi (bahkan lebih) untuk kemudian masuk ke pesawat yang akan membawaku menuju ke pelukan istriku lagi. Dear, I miss you so much..

P9210018 P9210015 P9210016 P9210017

 

P9200002 P9210009 P9200004 P9200005 P9200006 P9210007 P9210008

Finding a new home for my Jakarta Family
05.29 | Author: Diary Durensawit

 

Hari ini mama papa mertua ada acara memburu rumah baru di Bogor, dengan tujuan beberapa rumah yang sudah menjadi tujuan survey dalam beberapa bulan terakhir. Mama sudah beberapa kali kontak dengan pemilik atau penjual rumah. Saatnya kami ingin melihat secara langsung kondisi rumah-rumah yang diincar Mama tersebut.

Ikut dalam rombongan adalah Mama, Papa, my wife, Dewi, Dayat dan Kak Ewin, yang rupanya dicharter kusus oleh Mama untuk “tour” kali ini, hehe. Maka berangkatlah kami bertujuh menuju Bogor.

Perjalanan kami menuju persinggahan pertama yaitu KedungBadakbaru dilalui dengan mencoba jalan tol baru dari Sentul City melalui tol Sentul Barat. Hm, jadi kebayang enaknya teman-temanku di MSC dulu yang sebagian memiliki rumah di sekitaran jalan baru, dengan adanya tol ini maka akan semakin memudahkan akses mereka menuju Jakarta. Alhamdulillah.

Perjalanan kami lanjutkan ke rumah di Cinaneng, lalu melihat-lihat rumah bergaya keren di Darmaga Cantik. Hm, Mama pasti makin bingung, mana rumah yang kira-kira paling cocok untuk kita semua, dengan segala pertimbangan-pertimbangannya. Nah lo.

Ini dia beberapa rumah yang sempat kami datangi dari pagi sampai sore tadi :

image

image

image

 

image